Senin, 31 Juli 2017

Mengungkap Kegagalan Bisnis 7-Eleven

Mengungkap Kegagalan Bisnis 7-Eleven - Seluruh gerai 7-Eleven (Sevel) yang dikelola oleh PT Modern International Tbk melalui anak usahanya, PT Modern Sevel Indonesia telah dipastikan akan tutup sejak bulan lalu. Hal ini cukup mengejutkan, karena 7-Eleven sempat membuat heboh masyarakat, khususnya di Ibu Kota Jakarta.

Bahkan sebelumnya banyak yang menilai 7-Eleven sebagai pahlawan inovasi. Alasannya, convenience store tersebut mampu memberi terobosan inovasi bagi industri ritel Indonesia yang kekurangan ide-ide bisnis segar.

Menurut ulasan lembaga pemeringkat Fitch Ratings, meruginya 7-Eleven antara lain karena beban sewa gerainya terus meningkat. Meski 7-Eleven telah menutup sekitar 40 toko dari lebih 185 gerainya dalam periode 2015-2016, namun ternyata beban jaringan convenience store itu terus meningkat.

“Gerai 7-Eleven memiliki pengeluaran sewa yang lebih besar dibandingkan convenience store lainnya karena menawarkan area untuk duduk bagi para konsumennya, sehingga membutuhkan area toko lebih besar,” sebut Fitch dalam laporannya yang dikutip Bisnis Indonesia.

Tingginya biaya sewa 7-Eleven juga karena sebagian besar gerainya di Jakarta berlokasi di daerah utama yang menerapkan biaya sewa tinggi.

Tak hanya itu, menurut Fitch penutupan sejumlah gerai 7-Eleven secara bertahap mulai 2015 juga terjadi setelah Kementerian Perdagangan melarang penjualan minuman beralkohol di ritel modern di minimarket dan convenience store pada April 2015.

Padahal, penjualan minuman beralkohol menyumbangkan 15 persen pendapatan Modern Internasional.

“Hal ini ditambah lagi dengan tidak jelasnya perbedaan antara 7-Eleven yang berupa convenience store dengan rumah makan cepat saji (fast food) dan restoran berukuran medium di Indonesia,” lanjut lembaga itu.

Model bisnis dan risiko yang ditanggung 7-Eleven disebut serupa dengan yang dihadapi restoran karena gerai-gerainya menawarkan makanan dan minuman ready-to-eat lengkap dengan area untuk duduk serta jaringan internet gratis. Akibatnya, Sevel mendapat persaingan ketat dari restoran cepat saji dan warung makan tradisional, yang sangat populer di Indonesia.

Di sisi lain, risiko bisnis ini sangat berbeda dengan minimarket seperti Alfamart dan Indomaret yang menekankan penjualan produk groceries. Dua minimarket ini pun sudah mempunyai jaringan yang sangat luas di seluruh Indonesia, sehingga menjadi kekuatan yang tidak dimiliki Sevel.

Akibat dari kenaikan beban biaya, Modern Internasional pada kuartal pertama tahun ini mengalami kerugian sebesar Rp 477 miliar. Kerugian tersebut mencapai lebih dari separuh kerugian perseroan pada sepanjang tahun lalu yang mencapai Rp 663 miliar. Sumber : www.beyond-banking.co
Read more ...

Bisnis Usaha Sewa Kasur Pekanbaru Riau

Bisnis Usaha Sewa Kasur Pekanbaru Riau - Clara Almabella Bamanty adalah salah satu contoh pengusaha muda bermental baja. Bagaimana tidak. Ia sering kali diejek dan ditertawakan karena bergelut dengan bisnis penyewaan kasur di Yogyakarta. Bisnisnya dipandang sebelah mata karena dianggap tidak bisa meraup laba. Clara mengabaikan anggapan tersebut. Ia tancap gas dan mendirikan usaha penyewaan kasur dengan nama sewakasur.com. “Saya melihat peluang bisnis yang besar sekali. Jadi, saya melanjutkan bisnis ini dan terbukti saya bisa membuka cabang di daerah lain,” Clara menceritakan.

Jenis kasur yang disewakannya terdiri dari kasur busa dan kasur pegas (spring bed). Tarifnya bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 110 ribu per kasur selama 24 jam. Harga sewa paling murah adalah kasur busa berukuran 90 x 1.200 cm yang dibanderol Rp 20 ribu per hari. “Dalam sehari, kami menyewakan kasur busa kira-kira 300 lembar untuk di Yogya saja. Pelanggan kami yang paling besar adalah hotel,” ia menjelaskan. Berdasarkan perhitungan Clara, estimasi omset sewakasur.com dari penyewaan kasur busa itu sebesar Rp 180 juta setiap bulannya, atau Rp 2,1 miliar per tahun. “Sebagian besar hotel di Yogya sudah bekerja sama dengan kami untuk menyediakan kasur busa, yang mereka gunakan untuk extra bed,” dia menambahkan.

Jasa penyewaan alas tidur sangat membantu pengelola hotel. Sugeng Waluyo, Executive Housekeeper Hotel Indoluxe di Yogya, mengatakan, pelaku bisnis hotel di daerahnya merasa terbantu oleh jasa penyewaan kasur yang disediakan oleh empat vendor. “Dulu, kami susah mencari vendornya. Sekarang kami sudah tidak kesulitan lagi,” kata Sugeng.

Dia menceritakan hotelnya menyediakan extra bed dalam jumlah terbatas, sehingga membutuhkan penyedia kasur ekstra apabila ada rombongan yang menginap di Hotel Indoluxe. “Kami memilih Clara karena kualitasnya memenuhi standar hotel, pelayanannya cepat dan selalu siaga 24 jam mengantarkan pemesanan walau kami menyewa kasurnya tidak banyak,” ungkap Sugeng.

Slogan sewakasur.com adalah Membantu Menjamu Tamu. Clara mengklaim pihaknya sebagai perintis penyewaan kasur busa dan spring bed di Kota Gudeg itu. Selain hotel, pelanggannya berasal dari instansi pemerintah dan perorangan. Sepintas, laju bisnisnya patut diacungi jempol. Clara meraihnya tidak instan karena memulainya dari tahun 2007. Waktu itu, dia masih kelas satu SMA. Modalnya berasal dari tabungan pribadi sebesar Rp 200 ribu untuk membeli satu lembar kasur busa.

Dia mengisahkan bahwa ide bisnisnya itu terinspirasi dari hobinya menginap di hotel atau vila. Kebetulan Clara bersama keluarganya sering jalan-jalan ke berbagai destinasi wisata. Saat menginap, rombongan keluarga Clara ini acap kesulitan mendapatkan kasur ekstra dari pengelola tempat penginapan. “Kami sering kekurangan extra bed karena pihak hotel tidak menyediakan. Dari situlah, saya berpikir untuk berbisnis penyewaan kasur,” tutur wanita kelahiran Yogyakarta, 26 juni 1992 ini.

Lalu, Clara bersama saudara sepupunya menawarkan jasa penyewaan kasur. Mereka acap kali mengantarkan kasur ke konsumennya dengan mengendarai sepeda motor. Promosinya hanya mengandalkan sistem getok tular (word of mouth). Sebelum menembus hotel, Clara menyewakan kasur ke tetangga di sebelah rumahnya di Jl. Godean Km 7 Sidoarum, Sleman, Yogyakarta yang sekaligus menjadi kantor pusat sewakasur.com.

Langkah berikutnya, ia memberanikan diri menawarkan jasanya ke pengelola hotel dan tempat penginapan lainnya. Namun, ia pulang dengan tangan hampa. Clara tidak putus asa. Ia malah semakin gencar mempromosikan sewakasur.com di media sosial, situs Internet (website) dan pamflet. Perlahan tetapi pasti, bisnisnya melejit. “Awalnya banyak yang menolak.

Tapi, saya tidak menyerah sampai akhirnya sewakasur.com mulai dikenal luas dan pengelola hotel menghubungi saya untuk bekerja sama menyediakan extra bed,” Clara menegaskan. Ia berterima kasih kepada ayahnya karena memberikan modal tambahan di awal menjalankan bisnisnya. “Setelah mulai berjalan, saya membeli kasur sedikit demi sedikit untuk menambah jumlah kasur,” ia menerangkan.

Sekarang, Clara sudah membuka cabang di Semarang, Bekasi, Jakarta, Bandung, dan Bali. “Investasi setiap gerainya sekitar Rp 75 juta,” ujarnya. Rencananya, Clara ingin mengepakkan sayap bisnisnya dengan membuka cabang di tiga kota lainnya, antara lain Surabaya dan Lombok. CV Penutup adalah perusahaan yang menaungi sewakasur.com. Selain itu, dia mengembangkan unit bisnisnya, seperti menyediakan selimut atau peralatan penginapan lainnya bagi pengelola hotel.

Clara saat ini hanya seorang diri mengelola usahanya, sepupunya sudah mengundurkan diri karena sibuk dengan pekerjaan lainnya. Alumni Jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta ini tetap terjun langsung menjalankan manajemen usahanya, seperti membeli dan merawat kasur, serta mendistribusikannya ke konsumen. Ia mempekerjakan 10 pegawai di kantor pusat sewa kasur Yogya. Sementara jumlah karyawan di kantor cabang berkisar 2-4 orang per gerai.

Menurut Clara, tantangan yang dihadapinya adalah menyakinkan konsumen mengenai kualitas kasurnya. Atau, menghadapi risiko bisnis seperti pencurian atau kerusakan. Sugeng, selaku pelanggan sewakasur.com, berharap Clara mempertahankan kualitas dan pelayanan, serta memperluas jaringannya. “Karena kompetitornya semakin banyak, maka kualitas produk ataupun layanannya harus diutamakan,” kata Sugeng. Sumber : swa.co.id
Read more ...