Rabu, 30 Agustus 2017

Bisnis Usaha Pembuatan Dedak Pekanbaru Riau

Bisnis Usaha Pembuatan Dedak Pekanbaru Riau - Salah satu warga yang menekuni usaha dedak tersebut adalah Julianto(29) warga Desa Tanjungsari Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Laki laki yang sebelumnya memiliki usaha pembuatan batu bata mulai menjalani bisnis penjualan pakan ternak jenis dedak sejak tiga tahun lalu.
Peluang luasnya areal lahan pertanian di wilayah Kecamatan Palas dan Kecamatan Sragi yang merupakan lahan pertanian lumbung beras di Lampung Selatan membuat ia melirik limbah penggilingan padi yang sudah menjadi dedak.
“Untuk sumber pakan di wilayah Palas , kita punya juga memiliki ketersediaan jagung, dedak padi. Peternak banyak memanfaatkan dedak tapi kalau misalkan dedak padi tidak ada, pakai pollard atau dedak gandum. Kalau tidak ada, gunakan jagung, tapi biaya terlalu mahal apalagi hasil panen kali ini sedang tidak bagus,” ungkap Julianto kepada Cendana News, di penggilingan padi Desa Tanjungsari Sabtu.
Selain sumber energi, menurut Julianto, dedak juga bisa menjadi sumber protein. Bahkan nilainya lebih tinggi ketimbang jagung. Penggunaan untuk sumber pakan ternak tersebut mulai banyak dipakai oleh sebagian peternak yang sudah memanfaatkan pakan campuran selain rumput.
“Peternak sapi pun sebagian menggunakan dedak sebagai campuran bersama jenjet jagung tapi tetap diberi pakan hijauan sebagai sumber pakan yang saat ini mulai banyak diterapkan para peternak,”ungkapnya.
Julianto mengisahkan mulai melihat peluang bisnis dedak saat ia menjadi pengemudi kendaraan ekspedisi dan mengirimkan sebanyak 1 truk dedak seberat 2 ton ke Jakarta. Pembelian dari tempat penggilingan padi sebesar Rp1.500 perkilogram dan dijual bisa mencapai Rp2.500 perkilogram membuatnya tertarik.
“Awalnya saya menanam modal di pabrik penggilingan padi di desa sebesar dua juta kemudian mulai mencari beberapa penggilingan padi lainnya untuk mengumpulkan dedak lalu saya jual ke konsumen,”terangnya.
Dedak dari tempat penggilingan padi tersebut selanjutnya dibawa ke rumahnya yang memiliki gudang penyimpanan. Dedak dengan berat rata rata sekitar 30 kilogram per karung tersebut saat ini distok dan didistribusikan ke pelanggan yang sebagian merupakan peternak unggas atau sapi.
“Selain melayani dalam jumlah kecil kami juga melayani dalam jumlah besar, bahkan pernah mengirim ke peternakan penggemukan sapi sebanyak lima ton sekali kirim,”ungkap Yulianto.
Selain dimanfaatkan oleh peternak sapi ketersediaan pakan jenis dedak juga mulai dimanfaatkan oleh para peternak unggas. Dikalangan peracik pakan unggas, dedak padi biasanya difungsikan sebagai penekan harga pakan. Namun belakangan ini, limbah padi tersebut tidak bisa lagi menyandang fungsi itu karena harganya sudah mulai melambung.
“Bekatul itu proteinnya bagus, energinya juga bagus, harganya murah, dulu berfungsi untuk nurunin harga, tapi sekarang tinggi harganya,” ujar Wagimin peternak bebek di Kecamatan Ketapang.
Menurut Wagimin, harga dedak normal sekitar Rp.1500 per kg, tetapi selama dua tahun terakhir ini tidak pernah mencapai Rp1.500, selalu di atas Rp1.500, bahkan akhir-akhir ini menembus angka Rp2.800 per kg. Melambungnya harga dedak tersebut tak terlepas dari ketersediaannya di pasaran. Akibatnya peternak harus rajin melakukan pencarian sumber pakan untuk mendapat asupan pakan yang baik bagi ternak miliknya.
“Pertama, suplainya kurang. Itu disebabkan karena panennya gagal, bisa kelihatan juga dari harga beras mahal. Yang kedua, kalau bekatul itu daya tahan penyimpanannya sebentar, orang tidak bisa stok,” terang peternak bebek pedaging tersebut.

Tingginya pemanfaatan dedak untuk pakan ternak di pasaran membuat sumber pakan tersebut bersaing dengan konsumsi manusia. Bahkan sebagian mempergunakan sebagai makanan yang dipergunakan untuk kesehatan.
“Permasalahan dedak ini, belum ada yang menangani secara profesional. Yang ada hanya penjual-penjual saja. Kalau dedak ini ditangani dengan bagus, sebetulnya manusia juga butuh. Dibeli dari penggilingan padi, langsung diolah. Bahkan kalau dilihat asam lemaknya masih bagus, itu bisa jadi makanan manusia, atau langsung diekstrak minyaknya. Minyaknya ini bisa untuk jantung koroner,” ungkap Wagimin.
Wagimin mengaku menyediakan rata rata dua ton dedak untuk sebanyak 5ribu bebek miliknya. Dedak tersebut sebagian besar merupakan langganan yang dibeli dari Julianto dan dikirimkan sesuai permintaan sebagai campuran pakan untuk bebek pedaging miliknya. Sumber : cendananews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar