Senin, 25 September 2017

bisnis panglong pekanbaru

bisnis panglong pekanbaru - “Bisnis ini bisa dibilang stabil. Ada yang tutup dan ada juga yang buka baru. Tapi untuk membuka usaha panglong tidak cukup modal uang tapi juga mental. Usaha ini masuk wilayah `abu-abu’ sehingga kami sering diperas,” demikian pengakuan yang meluncur dari mulur Saiful Bahri (40) tahun, seorang pengusaha panglong dan furnitur yang disambangi Serambi.

Ia telah meretas usahanya sejak 15 tahun silam. Kini dirinya mempekerjakan 23 orang pekerja untuk memenuhi pesanan furnitur sekaligus menyediakan stok bagi yang datang dan langsung membeli. Selain barang siap pakai berupa daun pintu dan kusen jendela, ia juga memasok bahan baku berbilah-bilah kayu yang dihargakan sesuai kualitas dan ukuran.
“Kalau musim hujan begini pemasok memang kesulitan membawa kayu-kayu yang masih utuh ke tempat pengolahan karena lokasinya jauh ke hutan. Saya sendiri jauh-jauh hari menyetok banyak-banyak untuk kemudian dijemur guna menjaga kualitas kayu,” terang Saiful.
Meskipun bukan berasal dari kayu yang ditanam untuk ditebang, namun ia berkeyakinan tidak akan kesulitan bahan baku. Dalam sekali orderan, Saiful memesan hingga 20 kubik kayu untuk kurun waktu semingguan. Sepanjang menggeluti usahanya yang berbilang belasan tahun, lima orang pemasok setianya tidak pernah kehabisan stok lantaran lebatnya belantara yang memeluk provinsi paling ujung barat Indonesia itu. Di Banda Aceh sendiri terdapat 50-an panglong kayu yang tersebar di berbagai titik dengan pelanggan yang datang dari berbagai kawasan, mulai Kuta Raja hingga kota atau kabupaten tetangga. Ditambah lagi kekayaan hutan Aceh itu diam-diam juga dipasok ke provinsi tetangga, Sumatra Utara. Di musim penghujan, banjir rezeki yang dicecap para pelaku usaha ‘abu abu’ menjadi banjir bencana bagi warga lainnya. Tatkala manusia tidak lagi bersahabat dengannya, alam selalu menemukan caranya sendiri untuk membalas. .tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar