Minggu, 08 Oktober 2017

Peran Perbankan Syariah Terhadap Pembiayaan Segmen Mikro

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, bagi perbankan syariah potensi yang cukup besar dimiliki oleh segmen mikro dalam hal pembiayaan. Karena, segmen mikro telah teruji cukup lama dan perbankan syariah juga harus memberikan manfaat bagi masyarakat dari pembiayaan yang murah.


Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, perbankan syariah bisa masuk pada segmen mikro untuk menjangkau masyarakat kalangan bawah. Menurut dia, OJK akan konsentrasi pada segmen mikro dengan menciptakan platform bersama.


"Infrastruktur boleh, tapi harus terukur, kalau mikro telah teruji, jangan sampai perbankan syariah ini justru terjebak pada pembiayaan yang besar. Yang akhirnya justru likuiditas tertahan diproduk-produk yang pembiayaannya besar, sehingga harus terukur, ada kaidah yang harus dipatuhi," jelas Wimboh di Jakarta, Kamis (5/10).


Wimboh menjelaskan, perbankan syariah harus meningkatkan pembiayaan yang murah dan juga harus masuk ke daerah-daerah terpencil, agar masyarakat merasakan kehadiran perbankan syariah.


Perbankan syariah berperan penting dalam perluasan tersedianya akses keaungan bagi masyarakat dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Untuk itu, diperlukan dukungan dari semua pihak dalam pengembangannya, selain itu juga perlu memanfaatkan momentum peningkatan umat muslim yang tergolong middle income class.


"OJK akan sama-sama membantu, bisa melalui platform pesantren, atau dengan kredit program 3%, supaya masyarakat kecil bisa masuk. Ini akan kami diskusikan bersama, sekarang market share syariah baru 5%, padahal kalau mau 20% juga bisa," terang dia.


Dia menegaskan, tantangan perbankan syariah yakni bagaimana membuat produk syariah yang efektif dan bisa memberikan nilai tambah kepada masyarakat kecil. Salah satu caranya dengan membuat produk yang dimiliki bank konvensional dengan mengembangkan teknologi.


Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Bank BCA Syariah John Kosasih mengatakan, sektor mikro memiliki potensi yang cukup besar. Dia menjelaskan, BCA Syariah memonitor segmen UMKM tidak hanya mikro saja. "Segmen UMKM per September 2017 mencapai Rp 854 miliar dengan rasio 21,7% dari total pembiayaan," ungkap John.


Dia menambahkan, ketentuan rasio UMKM 15% saat ini sudah mencapai target, dan pada tahun depan mencapai 18%. Strategi perseroan untuk menjaga porsi UMKM terhadap total pembiayaan yakni, dengan berusaha menyeimbangkan komposisi pembiayaan, pasalnya porsi UMKM sudah sesuai dengan ketentuan.


Menurut Pelaksana Tugas Direktur Bisnis PT Bank BNI Syariah Dhias Widhiyati risiko di segmen mikro memang lebih terdistribusi karena ukurannya yang kecil. "Untuk mengembangkan mikro memang cukup tough bagi kami, karena kami head to head dengan KUR di mana pricing lebih murah karena ada subsidi pemerintah," papar dia.


Dhias mengungkapkan, pihaknya menggunakan dana yang dipakai pembiayaan mikro yakni dana komersial dengan cost of fund yang relatif tinggi. Pihaknya mengaku masih tetap konsisten untuk mengembangkan mikro.


"Kami melakukan redefine model bisnis mikro, dengan tapping ke komunitas-komunitas, perdagangan, dan pertanian," ungkap Dhias.


BNI Syariah membukukan penyaluran mencapai Rp 4,88 triliun atau tumbuh 20,7% per akhir Juni 2017 dibanding periode sama tahun sebelumnya. Bisnis konsumer UKM tumbuh 20% melampaui target proporsional Juni 2017 sebesar Rp 4,6 triliun.


Meski demikian, pembiayaan mikro tercatat tumbuh paling kecil dibanding seluruh segmen Pembiayaan BNI Syariah. Tercatat hingga semester I-2017 Pembiayaan mikro BNI Syariah tumbuh 16% secara tahunan (year on year/ yoy) menjadi Rp 1,27 triliun.


Sumber : beritasatu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar